Politik Di Balik layar | POSBANTEN.CO.ID
google.com, pub-2901016173143435, DIRECT, f08c47fec0942fa0
Tuesday 3rd December 2024

Politik Di Balik layar

Posbanten.co.id, Jakarta 

Yang saya tau dan dengar team Mas Ganjar Pranowo (GP) sudah lama bekerjasama dengan team Mas Anies Rasyid Baswedan (ARB) untuk penjajakan pasangan Capres-Cawapres 2024. Mas ARB yang tidak disukai Pakde karena tabiat ngeyelnya, membuat Pakde kesal pada Bu Mega yang memberi restu duet Mas GP dan Mas ARB itu.

Untuk itulah Pakde mulai berusaha menaikkan posisi tawarnya ke Bu Mega dengan show of forcenya melalui berbagai manuver politik yang bertentangan dengan PDIP akhir-akhir ini.

Semua ini dilakukan oleh Pakde agar Bu Mega tau bahwa Pakde punya kekuatan yang tidak bisa diremehkan.

Dengan demikian Bu Mega (PDIP) berusaha membatalkan rencananya untuk menduetkan Mas GP dengan Mas ARB, dan lebih mau mendengar arahan-arahan politik Pakde selanjutnya. 

Meski demikian, riil politik di lapangan menunjukkan, bahwa Mas ARB memiliki elektabilitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata, meskipun masih berada di bawah elektabilitas Mas GP. Olehnya, bagi Capres manapun yang mau berduet dengan Mas ARB akan diuntungkan perolehan suaranya di Pilpres 2024 nanti.

Tetapi pencapresan Mas GP maupun Pak Prabowo Subianto (PS) itu sudah harga mati, tidak bisa ditawar-tawar lagi karena ini menyangkut harga diri partai (PDIP dan Gerindra), karenanya Mas ARB hanya bisa di posisi Cawapres bagi pandangan keduanya.

Dan jikapun Mas ARB tetap ngotot ingin Nyapres sendiri, maka PDIP dan Gerindra harus merubah kembali rencana dan strategi politiknya, khususnya dalam menentukan Cawapresnya.

Pak Surya Paloh (SP) sadar benar akan potensi elektabilitasnya ARB yang tinggi meskipun masih berada di bawah Mas GP ini, kemudian berusaha jual mahal. ARB diminta pura-pura dulu tak mau dicawapreskan, kecuali pada akhirnya partai politik pengusungnya tidak memenuhi syarat ambang batas pencalonan Presiden dan tidak menemukan Cawapres yang memiliki elektabilitas tinggi paling tidak hampir menyamai elektabilitas Mas GP atau Pak PS. Pak PS sendiri.

kelihatannya elektabilitasnya masih berada di bawah Mas ARB, namun agar Pak PS penuh percaya diri dan mau nyapres lagi, maka dibuatlah seolah-olah elektabilitas Pak PS selalu tinggi bahkan kadang melebihi elektabilitas Mas GP. Kalau sudah demikian kan Pak PS mau nyapres lagi dan akhirnya mudah dikalahkan oleh Mas GP.

Lobi demi lobi semua pihakpun terus dilakukan agar dapat dicapai kesepakatan. Pun demikian dengan Pakde yang mulai berusaha memahami dan menyadari realitas politik demi untuk keamanannya setelah nanti tak lagi menjadi Presiden.

Sedangkan dalam perkembangannya Ketum-Ketum Parpol koalisi istana satu persatu mulai tak lagi menunjukkan loyalitasnya pada Pakde. Sebagaimana yang pernah saya tulis sejak lama, ini biasa terjadi menjelang berakhirnya masa kekuasaan terlebih di akhir periode keduanya.

Untuk itu tiada bosan-bosannya saya mengingatkan pada Pakde, bahwa tak ada jalan lain bagi Pakde sebenarnya untuk menghadapu itu semua, kecuali harus kembali merangkul para loyalisnya yang terhimpun di organ-organ relawan. Karena hanya merekalah yang nantinya siap menjaga Pakde meskipun sudah tak lagi berkuasa. 

Saya beberapakali menawarkan Bang Dr. Haidar Alwi Presiden HAC dan HAI, serta dewan pembina Forum Komunikasi Alawiyin/Habaib dan Wakil Ketua Dewan Pembina Ikatan Alumni ITB (IA ITB), dan Dewan Pembina Ikatan Alumni SMA Siji Solo, untuk diakomodir menjadi Menteri di sisa akhir periode kedua Pemerintahan Jokowi.

Saran ini saya tawarkan pada Pakde agar Pakde memiliki jangkar loyalisnya yang lebih kuat lagi di kabinet, dari terjangan ombak elite-elite parpol koalisi pura-pura yang sebentar lagi menunjukkan wajah asli pragmatis dan oportunisnya. Bang Dr. Haidar Alwi ini sangat mengakar di kalangan relawan berkat kekokohan tekadnya untuk membentengi Pemerintahan Pakde.

Tetapi sampai detik ini kami masih belum mendapatkan kepastian jawaban dari Pakde. Ya sudahlah, toh waktu masih ada. Pakde masih bisa mempertimbangkannya.

Merangkul kembali Pak SP dengan mengundangnya berdiskusi empat mata di istana memang merupakan salah satu cara untuk bisa menaklukkan keliaran Mas ARB.

Akan tetapi bagi saya itu hanya bersifat jangka pendek saja, sebab jika Pakde lebih mengutamakan hubungannya dengan elite Parpol, pada akhirnya Pakde akan ditikam mereka juga ketika sudah tak lagi berkuasa.

Silahkan pelajari kebiasaan politik yang terjadi di Indonesia, hampir semua mantan Presiden atau mantan Kepala Daerah di wilayah yang sama biasanya tidak saling akur dan saling memusuhi. Hanya sedikit sekali yang saling akur, iya kan?. 

Hanya mantan Presiden BJ. Habibielah yang masih bisa sanggup hidup rukun dengan mantan-mantan Presiden lainnya.

Ini semua terjadi karena Pak BJ. Habibie mewarisi sifat kultur kesatria orang Jerman yang gentle, sportif dan saling mendukung meski sebelumnya di politik saling bertentangan, demi kemajuan bangsa dan negaranya. Jadi biarlah politik nasional terus berproses, kita doakan saja Pakde dan semua tokoh-tokoh politik di negeri kita yang masih punya niat baik untuk majukan Indonesia ditemukan titik temu solusi terbaiknya.

Yang penting kita semua harus jauh lebih dewasa dalam berpolitik, meski apapun perbedaannya kita tak boleh untuk saling memutus tali silaturrahmi. Berdebatlah, mengkritiklah sesengit apapun, namun jangan sampai kita saling bermusuhan.

Panas di pikiran adem di hati, itulah sesungguhnya watak sejati yang harusnya dimiliki para petarung politik di negeri ini.

Saiful Huda Ems / piter siagian

Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pemerhati Politik.

[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

mgid.com, 748613, DIRECT, d4c29acad76ce94f