Memisahkan Agama Dari Politik Melahirkan Sikap Sekularisme. | POSBANTEN.CO.ID
google.com, pub-2901016173143435, DIRECT, f08c47fec0942fa0
Thursday 21st November 2024

Memisahkan Agama Dari Politik Melahirkan Sikap Sekularisme.

Posbanten.co.id Makasar – Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan, contohnya seperti menggantikan hukum kegamaan dengan hukum sipil, penghapusan Prasa agama dalam RUU Kependidikan, pernyataan pejabat publik bahwa agama adalah musuh terbesar dasar dan palsafah negara (Pancasila). Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.

Tujuan utama dari paham ini adalah untuk memisahkan antara urusan manusia dengan urusan Tuhan YME dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam konteks pendidikan dengan membawa tiga komponen utama; yaitu Penidak-kerahmatan alam, desakralisasi politik dan dekonsekrasi nilai-nilai.

Munculnya paham sekularisme ini di benua Eropa karena pengalaman buruk daerah-daerah Eropa terhadap peran agama dalam pemerintahan maupun kehidupan sosial keagamaan.

Dan pada hakekatnya sekularisme merupakan pembangunan struktur kehidupan masyarakat tanpa dasar agama. Karena itu, sekularisme bertentangan dengan Islam, bahkan merupakan musuh Islam yang paling berbahaya. Karena paham sekularisme tidak mempercayai agama sebagai pedoman hidup umat manusia, untuk keselamatan dunia akhirat. Sekularisme dan Islam tak memiliki tempat berpijak yang sama.

Dampak sosial dari sekularisme adalah pengaruhnya terhadap interaksi sosial antar individu maupun kelompok. Dengan pemisahan antara agama dan kehidupan manusia, maka sikap hidup manusia akan berubah dan mempengaruhi bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain.

Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid mengatakan, pemisahan agama dan urusan-urusan dunia di ruang publik tidak akan bisa diterapkan di Indonesia karena Indonesia adalah negara dengan penduduk yang kental dalam beragama.

 *Sekularisme Menenggelamkan Etika Moral*

Attitude ialah sikap, perilaku, atau tingkah laku seseorang dalam melakukan interaksi dengan orang lain yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap tersebut. Attitude juga disebut sikap pada aspek afektif yang menentukan seseorang dalam bertindak, karena adanya kemauan atau kerelaan bertindak menentukan seseorang berbuat sesuai dengan karakter sikap yang dimilikinya. Attitude juga sering dikaitkan dengan kesiapan mental individu yang dapat memengaruhi serta menentukan kegiatan individu yang bersangkutan dalam merespons objek atau situasi.

Dikutip dari Cambridge Dictionary, arti attitude adalah perasaan atau opini tentang seseorang atau suatu hal atau juga bisa dimaknai sebagai cara berperilaku seseorang.

Attitude juga bisa didefinisikan sebagai bahasa atau postur tubuh yang merepresentasikan sikap dan kondisi mental dari seseorang.

Dalam psikologi, attitude mempunyai makna khusus. Arti attitude dalam psikologi adalah kumpulan emosi, keyakinan, dan perilaku seseorang terhadap suatu objek, orang, atau kejadian.

Pada dasarnya, kesuksesan dapat diraih dengan mengasah tiga hal, yaitu; (1) skill/keterampilan, (2) knowledge/pengetahuan, dan (3) attitude/sikap.

Skill dan knowledge merupakan komponen yang dapat dikembangkan dengan banyak membaca, banyak belajar, serta praktik. Sedangkan attitude merupakan komponen yang paling penting dalam membentuk karakter seseorang, oleh karena itu attitude dapat dipelajari.

Faktor utama rusaknya etika moral, sikap dan perilaku (attitude) pemimpin bangsa, politisi , & pengusaha yang tergabung dalam koalisi pemerintahan oligarki, karena para alim ulama, cerdik pandai ramai-ramai mengajak kepada kebaikan. Sementara tidak ada yang berani tampil membela kebenaran dan kejujuran dengan mencegah kemungkaran. Akibatnya, lambat Laun nilai-nilai religius yang bersumber dari agama khususnya agama Islam akan terkikis dan sirna oleh peradaban Barat yang sedang ditancapkan oleh kaum (bangsa) kapitalis melalui bantuan modal (pinjaman) bersyarat.

Melalui konsep pemisahan agama dari politik kekuasaan, selanjutnya liberalisme dan sekularisme akan menggantikan nilai-nilai religius tersebut dalam sistem pemerintahan. Hal ini dapat kita saksikan melalui transaksi politik kepentingan (politik transaksional) dalam sistem pemerintahan sekarang. Dan dalam era globalisasi sekarang ini, Indonesia berada dalam ancaman sekularisme melalui politik dagang yang dikendalikan oleh kapitalis barat (yahudi) dan kapitalis timur (Cina Komunis) beber Achmad Ramli Karim Pemerhati Politik & Pendidikan di Makassar, 24 Maret 2024.

Redaksi Piter Siagian A.Md

[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

mgid.com, 748613, DIRECT, d4c29acad76ce94f